Catatan Hati Seorang Istri..

Jumat, 23 Desember 2011

Saat ia marah,
Sebenarnya ia hanya ingin didekati.
Ia tidak marah, hanya saja ia teramat membutuhkanmu.
Jika ia beranikan diri menampakan seraut wajah cemburu, itupun hanya usahanya untuk melukiskan ketakutannya.
Saat tutur katanya meninggi,
Itu bukan pembelaan, hanya seutas kejujuran.
Perhatikanlah, memang ia senantiasa ingin dihargai..
Namun ketahuilah hatinya tetap menanti.

Maka bersabarlah,
Saat ia berisik, mungkin hatinya terusik
Pahamilah dengan kelembutan, agar kelembutannya tetap terjaga dan melembutkanmu.

Kadang ia hanya mampu diam,
Menyembunyikan hujan di tepian istana hatinya.
Kadang ia tersenyum seperti tegar, sekedar menyembunyikan kerapuhan..

Laksana segenggam rumput halus yang berbisik dibelai angin,
Ia lemah, namun tidak mudah patah. Ia akan tetap menari meski nanti angin berubah menjadi badai..

Dalam keanggunan itu sesungguhnya terdapat kekuatan
Ia tidak mudah berubah, akarnya tetap mencengkram menguatkan sang pohon yang menaunginya.

Ia bukun rumput yang hina,
Ia adalah wanita yang dimuliakan dalam Islam.

Segenggam rumput halus,
yang butuh pohon untuk ia bersandar

Read More - Catatan Hati Seorang Istri..

.:: Sebuah Penantian ::.

Ia ...Pada rindu yang terjaga ...
Masih tersemat untaian setia ...
Kala memapah harapan,
Dalam langkah ...
Kala merengkuh impian,
Di tepian hati ...

Tunggulah ...
Pada sebuah penantian ...
Yang telah terhiasi ...
Pundi-pundi kepercayaan ...
Tertaburi benih cinta ...
Tersirami ketulusan ...
Dan terpupuk rasa pasrah ...
Pada yang Maha Menentukan ...

Perjuangan ini bukan akhir ...
Melainkan titian dzikir ...
Menyempurnakan,
Separuh harap ...
Yang telah di tetapkan,
Pada satu jiwa ...
Tunggulah dalam penantian ...
Read More - .:: Sebuah Penantian ::.

Jalan 'Ilmu...


Jalan itu tidaklah mudah
Karena di setiap sisi ada gemerlap yang memanggil
Meski warna-warni itu hanyalah fana
Yang berujung di kegelapan


Langkah itu bukanlah tanpa sendat
Karena di setiap langkah ada persinggahan yang memukau
Meski indah itu hanyalah sebentar
Yang berakhir dengan sesal


Sungguh tidaklah mudah yakin itu
Karena di setiap sudut ada janji kesenangan
Dan keraguan yang menyusup halus
Hingga menyamarkan tujuan akhir


Dan sungguh meraih ilmu bukanlah gampang
Karena terkadang begitu dekat dengan ajakan riya
Hampir-hampir akrab dengan kesombongan
Nyaris saja berteman dengan kedengkian
Dan tamak itu hampir saja membinasakan
Terlebih sulit meluruskan niat
Dalam rentang masa perjalanan


Yaa muqallibal qulub,
Tsabit qalbi, ala dinik
Read More - Jalan 'Ilmu...

Senantiasa Bersyukur dan Beristighfar..

Minggu, 18 Desember 2011

Syaikhul Islam Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

“Seorang hamba—selamanya—berada di antara mendapatkan nikmat dari
Allah dan terjerumus dalam dosa. Nikmat tersebut mengharuskan seseorang
bersyukur pada-Nya dan akibat dosa mengharuskan seseorang beristighfar
pada-Nya. Dua hal ini yang menjadi kewajiban hamba setiap saat
karena mereka senantiasa mendapatkan nikmat dan berbagai karunia (yang
mengharuskannya untuk bersyukur). Di samping itu mereka pun selalu
butuh pada taubat dan istighfar (karena dosa yang terus dilakukan).
Oleh karena itu, sayyid (penghulu) anak adam dan imamnya orang bertakwa, yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu beristighfar dalam setiap keadaannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadist yang diriwayatkan oleh Al Bukhori :

“Wahai sekalian manusia, bertaubatlah pada Rabb kalian. Sungguh
aku meminta ampun pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih
dari tujuhpuluh kali.”


Dalam Shahih Muslim, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya hatiku tidak pernah lalai dari dzikir kepada Allah. Sesungguhnya aku beristighfar seratus kali dalam sehari.”


‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma pernah berkata,

“Kami pernah menghitung bacaan dzikir Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam satu majelis. Beliau ucapkan, “Robbighfirlii wa
tub ‘alayya innaka anta tawwaabul ghofuur”(Wahai Rabbku, ampunilah aku
dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat dan
ampunan)”, sebanyak 100 kali.”[1]


Sumber: Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, Darul Wafa’, 10/88
Read More - Senantiasa Bersyukur dan Beristighfar..

PUASA 'ASYURA..

Senin, 05 Desember 2011


Bismillahirrahmanirrahiim..

“Sesungguhnya jumlah bulan di kitabullah (Al Quran) itu ada dua belas bulan sejak Allah menciptakan langit dan bumi, empat di antaranya adalah bulan-bulan haram,” (QS. At Taubah: 36)
Kata Muharram artinya ‘dilarang’. Sebelum datangnya ajaran Islam, bulan Muharram sudah dikenal sebagai bulan suci dan dimuliakan oleh masyarakat Jahiliyah. Pada bulan ini dilarang untuk melakukan hal-hal seperti peperangan dan bentuk persengketaan lainnya. Kemudian ketika Islam datang, bulan haram ditetapkan dan dipertahankan sementara tradisi jahiliyah yang lain dihapuskan termasuk kesepakatan tidak berperang.

Bulan Muharram memiliki banyak keutamaan, sehingga bulan ini disebut bulan Allah (syahrullah). Pada bulan ini tepatnya pada tanggal 10 Muharram Allah menyelamatkan Nabi Musa as dan Bani Israil dari kejaran Firaun. Mereka memuliakannya dengan berpuasa. Kemudian Rasulullah saw menetapkan puasa pada tanggal 10 Muharram sebagai rasa syukur atas pertolongan Allah.

Masyarakat Jahiliyah sebelumnya juga berpuasa. Puasa 10 Muharram tadinya hukumnya wajib, kemudian berubah menjadi sunnah setelah turun kewajiban puasa Ramadhan.

Ketika Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam telah berhijrah dan tiba di Madinah, beliau mendapati Yahudi Madinah ternyata juga bershaum pada hari tersebut. Maka beliau bertanya kepada mereka. Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh shahabat ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu’anhuma :

Bahwa Nabi shalallahu’alaihi wa sallam ketika tiba di Madinah, beliau mendapat Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura. Maka beliau bertanya (kepada mereka) : “Hari apakah ini yang kalian bershaum padanya?” Maka mereka menjawab : “Ini merupakan hari yang agung, yaitu pada hari tersebut Allah menyelamatkan Musa beserta kaumnya dan menenggelamkan Fir’aun bersama kaumnya. Maka Musa bershaum pada hari tersebut dalam rangka bersyukur (kepada Allah). Maka kami pun bershaum pada hari tersebut” Maka Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian.” Maka Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bershaum pada hari tersebut dan memerintahkan (para shahabat) untuk bershaum pada hari tersebut. [HR. Al-Bukhari 2004, 3397, 3943, 4680, 4737. Muslim 1130]
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baiknya puasa setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram. Dan sebaik-baiknya ibadah setelah ibadah wajib adalah shalat malam.” (HR Muslim)
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam pernah ditanya tentang shaum pada hari Asyura`, maka beliau menjawab :

“(Shaum tersebut) menghapuskan dosa-dosa setahun yang telah lewat.” [HR. Muslim 1162)
Walaupun ada kesamaan dalam ibadah, khususnya berpuasa, tetapi Rasulullah saw memerintahkan pada umatnya agar berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Yahudi, apalagi oleh orang-orang musyrik. Oleh karena itu beberapa hadits menyarankan agar puasa hari ‘Asyura diikuti oleh puasa satu hari sebelum atau sesudah puasa hari ‘Asyura.

Secara umum, puasa Muharram dapat dilakukan dengan beberapa pilihan. Pertama, berpuasa tiga hari, sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya, yaitu puasa tanggal 9, 10 dan 11 Muharram. Kedua, berpuasa pada hari itu dan satu hari sesudah atau sebelumnya, yaitu puasa tanggal: 9 dan 10, atau 10 dan 11. Ketiga, puasa pada tanggal 10 saja, hal ini karena ketika Rasulullah saw memerintahkan untuk puasa pada hari ‘Asyura para sahabat berkata: “Itu adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, beliau bersabda: “Jika datang tahun depan insya Allah kita akan berpuasa hari kesembilan, akan tetapi beliau meninggal pada tahun tersebut.” (HR. Muslim).



Sehingga dapat disimpulkan bahwa “Shaum ‘Asyura` memiliki empat tingkatan :

Tingkat Pertama : bershaum pada tanggal 9, 10, dan 11. Ini merupakan tingkatan tertinggi. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dalam Al-Musnad :

Bershaumlah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya. Selisihilah kaum Yahudi.” Dan karena seorang jika ia bershaum (pada) 3 hari (tersebut), maka ia sekaligus memperoleh keutamaan shaum 3 hari setiap bulan.

Tingkat Kedua : bershaum pada tanggal 9 dan 10. Berdasarkan sabda Nabi shalallahu’alaihi wa sallam : “Kalau saya hidup sampai tahun depan, niscaya aku bershaum pada hari ke-9.” Ini beliau ucapkan ketika disampaikan kepada beliau bahwa kaum Yahudi juga bershaum pada hari ke-10, dan beliau suka untuk berbeda dengan kaum Yahudi, bahkan dengan semua orang kafir.

Tingkat Ketiga : bershaum pada tanggal 10 dan 11.

Tingkat Keempat : bershaum pada tanggal 10 saja. Di antara ‘ulama ada yang berpendapat hukumnya mubah, namun ada juga yang berpendapat hukumnya makruh.

Yang berpendapat hukumnya mubah berdalil dengan keumuman sabda Nabi shalallahu’alaihi wa sallam ketika beliau ditanya tentang shaum ‘Asyura`, maka beliau menjawab

“Saya berharap kepada Allah bahwa shaum tersebut menghapuskan dosa setahun sebelumnya.” Beliau tidak menyebutkan hari ke-9.
Sementara yang berpendapat hukumnya makruh berdalil dengan sabda Nabi shalallahu’alaihi wa sallam : “Selisihilah kaum Yahudi. Bershaumlah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya.” Dalam lafazh lain, “Bershaumlah sehari sebelumnya dan sehari setelahnya.” Sabda beliau ini berkonsekuensi wajibnya menambahkan satu hari dalam rangka menyelisihi (kaum Yahudi), atau minimalnya menunjukkan makruh menyendirikan shaum pada hari itu (hari ke-10) saja. Pendapat yang menyatakan makruh menyendirikan shaum pada hari itu saja merupakan pendapat yang kuat.”

Kesibukan yang ada, terkadang membuat kita lupa esok tanggal berapa, jika saat ini keluarga kajian dekat dengan alat yang bisa mengingatkan keluarga kajian semua akan pentingnya shaum bulan Muharram, kita buat “reminder” yuk, bersiap menyambut keutamaannya dengan berniat untuk melaksanakannya esok di tanggal 9, 10 Muharram. Selamat menempuh tahun baru dengan peluang kesuksesan dan kenikmatan memperoleh rizki di dunia untuk mendapatkan akhiratnya.
Read More - PUASA 'ASYURA..

Peran Muslimah sebagai Ibu..

Sabtu, 03 Desember 2011

Sebuah syair Arab mengungkapkan hal berikut,


"Seorang ibu tak ubahnya bagai sekolah. Bila kita mempersiapkan sekolah itu secara baik, berarti kita telah mempersiapkan suatu bangsa dengan generasi emas."
...
Beban perbaikan dan pembentukan masyarakat yang Islami juga menjadi tanggung jawab wanita. Hal ini dikarenakan jumlah wanita yang lebih banyak dari laki-laki dan seorang anak tumbuh dari bimbingan seorang wanita. Maka, tidak bisa tidak seorang wanita harus membekali dirinya dengan ilmu syar'i khususnya mengenai pendidikan anak karena pendidikan anak menjadi tugas utama yang dibebankan kepada kaum wanita.


Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah berkata, "Hendaknya seorang wanita membaguskan pendidikan anak-anaknya karena anak-anaknya adalah generasi penerus di masa yang akan datang. Dan yang mereka contoh pertama kali adalah para ibu. Jika seorang ibu mempunyai akhlak, ibadah, dan pergaulan yang bagus, mereka akan tumbuh terdidik di tangan seorang ibu
yang bagus. Anak-anaknya ini akan mempunyai pengaruh positif dalam masyarakat.


Oleh karena itu, wajib bagi para wanita yang mempunyai anak untuk memperhatikan anak-anaknya, bersungguh-sungguh dalam mendidik mereka, memohon pertolongan jika suatu saat tidak mampu memperbaiki anaknya baik lewat bantuan bapak atau jika tidak ada bapaknya lewat
bantuan saudara-saudaranya atau pamannya dan sebagainya". (Daurul Mar'ah fi Ishlah Al Mujtama' hlm. 25-26 dalam Majalah Al Furqon edisi 12 tahun VIII)


Seorang ibu yang cerdas dan shalihah tentu saja akan melahirkan keturunan yang cerdas dan sholih pula, bi idzinillah. Lihatlah hal itu dalam diri seorang shahabiyah yang mulia, Ummu Sulaim radhiyallahu 'anha, ibunda Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu yang merupakan pembantu setia Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Selain cerdas, ia juga penyabar dan pemberani. Ketiga sifat mulia inilah yang menurun kepada Anas dan mewarnai perangainya di kemudian hari. (Ibunda Para Ulama, hlm.25)


Dengan kecerdasannya, ia 'hanya' meminta sebuah mahar yang ringan diucapkan namun terasa berat konsekuensinya, yaitu keislaman Abu Thalhah radhiyallahu 'anhu yang meminangnya saat itu. Dengan kesabarannya pula, ia mampu menyimpan rapat-rapat kesedihannya karena kematian putranya demi menenangkan suaminya. Potret Semangat Para Salafush Shalih dalam Menuntut Ilmu Demikian pentingnya peran para wanita.


Dalam setiap lini kehidupannya, pasti membutuhkan ilmu syar'i. Hal ini pula yang dimengerti betul oleh para shahabiyah pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sehingga mereka meminta waktu khusus pada beliau untuk mengkaji masalah-masalah agama.

 Dari Abu Sa'id Al Khudriy radhiyallahu 'anhu, ia mengatakan bahwa ada seorang wanita menghadap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seraya berkata, "Wahai Rasulullah, kaum laki-laki telah memborong waktumu. Oleh karenanya peruntukkanlah untuk kami sebuah waktu khusus yang engkau tetapkan sendiri. Pada waktu itu kami akan mendatangimu lalu engkau ajarkan kepada kami ilmu yang telah Allah ajarkan kepadamu."


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lantas bersabda, "Berkumpullah kalian pada hari ini dan ini di tempat ini." Kaum wanita pun berkumpul, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu mendatangi mereka dan mengajari mereka ilmu yang telah Allah ajarkan kepada beliau shallallahu 'alaihi wa sallam." (HR. Bukhari dan Muslim)


Semangat kaum wanita muslimah dalam mencari ilmu telah mencapai puncaknya hingga mereka menuntut adanya majelis ilmu yang khusus diperuntukkan untuk mengajari mereka. Padahal sebenarnya mereka telah mendengarkan kajian Rasulullah di masjid serta nasihat-nasihat beliau shallallahu 'alaihi wa sallam.

 Demikian juga keadaan para wanita Anshar pada masa Nabi shallallahu'alaihi wa sallam. Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha ia berkata, "Sebaik-baik wanita adalah wanita dari kaum Anshar. Rasa malu tidak menghalangi diri mereka untuk mendalami ilmu agama." (HR. Muslim) Kita jumpai pula bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sangat menganjurkan kaum wanita untuk menghadiri berbagai majelis ilmu guna menambah bekal keilmuan mereka.


Dari Ummu 'Athiyah al Anshariyyah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah memerintahkan kami untuk menghadiri sholat hari raya 'Idul Fithri dan hari raya 'Idul Adha, baik awatiq (gadis yang sudah baligh atau hampir baligh), maupun wanita-wanita yang sedang haid dan juga gadis-gadis pingitan. Adapun wanita yang sedang haid, mereka hendaknya tidak berada di tempat shalat. Saat itu mereka menyaksikan kebaikan dan doa yang dipanjatkan oleh kaum muslimin. Ummu Athiyah berkata, "Wahai Rasulullah, salah seorang di antara kami tidak memiliki jilbab?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Hendaknya muslimah yang lain meminjami jilbab untuknya." (HR. Bukhari dan Muslim) (Para Ulama Wanita Pengukir Sejarah, hlm. 8-10)


Sejarah telah mencatat, ulama tidak hanya berasal dari kalangan laki-laki saja. Ada banyak ulama wanita yang masyhur dan bahkan menjadi rujukan bagi ulama dari kalangan laki-laki. Lihat saja 'Aisyah radhiyallahu 'anha, wanita cerdas yang namanya akan terus dibaca oleh kaum muslimin dalam banyak hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. 'Aisyah pula yang merupakan sebaik-baik teladan para wanita dalam menuntut ilmu, baik itu ilmu agama maupun ilmu umum. Az Zuhri mengatakan, "Andai ilmu 'Aisyah radhiyallahu 'anha itu dikumpulkan lalu dibandingkan dengan ilmu seluruh wanita, niscaya ilmu yang dimiliki oleh 'Aisyah radhiyallahu 'anha itu lebih unggul". (Al Haitsami berkata dalam al Majma' (9/243), "Hadits ini diriwayatkan oleh Ath Thabarani sedangkan rawi-rawinya adalah orang yang bisa dipercaya." Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al Hakim 4/139. Lihat: Para Ulama Wanita Pengukir Sejarah, hlm. 20)


Begitu juga dengan masa setelah para shahabat (yaitu masa tabi'in, tabi'ut tabi'in, dan seterusnya). Setiap zaman selalu menorehkan tinta emas nama-nama para ulama wanita hingga masa sekarang ini. Di antara mereka, adalah putri-putri ulama besar di jamannya. Sebut saja putri Sa'id bin Musayyib (tabi'in), putri Imam Malik, Ummu 'Abdillah binti Syaikh Muqbil bin Hadi, dan lainnya. Apakah ilmu yang mereka dapatkan itu merupakan ilmu warisan dari ayah-ayah mereka yang seorang ulama? Jawabannya, tentu tidak. Ilmu bukanlah harta benda yang dapat diwariskan begitu saja.


Alangkah bagusnya apa yang diceritakan oleh Al Farwi, "Kami pernah duduk di majelis Imam Malik. Pada saat itu putra beliau keluar masuk majelis dan tidak mau duduk untuk belajar. Maka Imam Malik menghadap kami seraya berkata, "Masih ada yang meringankan bebanku yaitu bahwa masalah ilmu ini tidak bisa diwariskan." (Majalah al Furqon edisi 12 tahun VI)


Tentu saja ilmu yang mereka dapatkan tidak datang begitu saja. Ada usaha dan pengorbanan yang besar untuk meraihnya. Mari kita simak kegigihan para salaf dahulu dalam menuntut ilmu.
Hasan Al Bashri berkata, "Apabila engkau mendapati seseorang yang mengalahkanmu dalam urusan dunia, maka kalahkanlah dia dalam urusan akhirat." Imam Ahmad berwasiat kepada putranya, "Aku telah menginfakkan diriku untuk perjuangan". Ketika Imam Ahmad ditanya kapan seseorang dapat beristirahat? Maka beliau menjawab, "Ketika pertama kali menginjakkan kakinya di surga."


Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata, "Dahulu generasi salaf menuntut ilmu karena Allah, maka mereka pun menjadi terhormat dan menjadi para imam panutan. Kemudian datanglah suatu kaum yang menuntut ilmu yang pada mulanya bukan karena Allah dan berhasil memperolehnya. Namun kembali kepada jalan yang lurus dan mengintrospeksi dirinya sendiri dan akhirnya ilmu itu sendiri yang mendorong dirinya menuju keikhlasan di tengah jalan.


Sebagaimana dinyatakan oleh Mujahid dan lainnya, "Dahulu kami menuntut ilmu tanpa niat yang tinggi. Namun, kemudian Allah menganugerahi niat tersebut sesudah itu." Sebagian ulama menyatakan, "Kami hendak menuntut ilmu untuk selain Allah. Namun ternyata ia hanya bisa
dilakukan karena Allah". (Panduan Akhlak Salaf , hlm. 7)


Para salaf yang lain juga benar-benar bersemangat memperhatikan permasalahan niat ini. Sufyan Ats Tsauri berkata,


"Saya tidak pernah mengobati sesuatu melebihi terapiku terhadap niat." Tidak hanya hati saja yang mereka jaga kesungguhan dan ketulusannya ketika menuntut ilmu, tubuh mereka pun ditempa sedemikian rupa sehingga menjadi raga yang kuat menghadapi rintangan dalam perjalanan menuntut ilmunya.



Perhatikanlah kisah Hajjaj bin Sya'ir ini, "Ibuku pernah menyiapkan untukku seratus roti kering dan aku menaruhnya di dalam tas. Beliau mengutusku ke Syubbanih (salah seorang ahli hadits) di Madain. Aku tinggal di sana selama seratus hari. Setiap hari aku membawa seratus roti dan mencelupkannya ke sungai Dajlah kemudian aku memakannya. Setelah roti habis aku kembali ke ibuku." (102 Kiat Agar Semangat Belajar Agama Membara, hlm. 274).

Read More - Peran Muslimah sebagai Ibu..

Pahala Wanita dan Laki-laki yang beriman..

Jumat, 02 Desember 2011



Ada seorang wanita yang bertanya kepada ulama saudi tentang pahala perempuan di akhirat. Berikut pertanyaan dan jawabannya. Pertanyaannya: Ketika saya membaca alquran saya menemukan dalam berbagai ayat memberikan berita gembira kepada laki-laki yang beriman dengan bidadari yang sangat cantik, apakah perempuan mempunyai teman atau pasangan selain suaminya karena sebagian besar pernyataan mengenai pahala di akhirat ditujukan kepada laki-laki yang beriman ? apakah pahala bagi perempuan yang beriman lebih sedikit daripada yang diperoleh laki-laki yang beriman ?”


Jawaban dari para ulama :Tidak ada keraguan sedikitpun bahwa pahala di akhirat nanti diberikan kepada laki-laki dan perempuan. Hal ini berdasarkan firman Allah :


”Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu baik laki-laki maupun perempuan” (QS Al Imran : 195)


”Dan barangsiapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik” (QS An nahl : 97)


”Dan barangsiapa yang mengerjakan amal-amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia orang beriman, mereka itu akan masuk surga” (QS an nisa’ : 124)


”Sesungguhnya laki- laki dan perempuan muslim laki-laki dan perempuan yang beriman …hingga…Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS Al ahzab : 35)


Dalam ayat yang lain Allah menyebutkan bahwa mereka laki-laki dan perempuan, masuk surga bersama-sama, ‘Mereka dan isteri-isteri mereka terdapat di tempat yang teduh” (QS Yasiin : 56)


”Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri isteri kamu digembirakan” (QS Al Zuhruf : 70)


Allah juga menyebutkan bahwa dia akan menciptakan perempuan dengan penciptaan khusus :


”Sesungguhnya kami menciptakan mereka (para bidadari) dengan penciptaan yang khusus dan kami jadikan mereka perawan (QS Al Waqiah : 35-36)


Keterangan di atas menyebutkan bahwa Allah akan menciptakan kembali perempuan yang sudah tua menjadi bidadari, dan membuat mereka perawan, begitu juga laki-laki yang sudah tua akan diciptakan kembali menjadi pemuda dan beberapa hadits ditunjukkan bahwa perempuan yang masih hidup mempunyai kelebihan dari bidadari karena peribadatan dan kepatuhan mereka.


Oleh karena itu perempuan yang beriman akan memasuki surga sebagaimana laki-laki yang beriman. Jika seseorang perempuan mempunyai sejumlah suami setelah kawin cerai dan dia masuk bersama mereka dan akan memilih yang berkelakuan paling baik..
Wallahu a'lam..
Read More - Pahala Wanita dan Laki-laki yang beriman..

Muslimah dan Bidadari Bermata Jeli..

Kamis, 01 Desember 2011


Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”


Beliau shallallahu’‘alaihi wa sallam menjawab,
“Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang
bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak
tampak.”


Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”


Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka
kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka
adalah kain sutra, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau,
perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat
dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah
lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak
beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama
sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’.”
(HR. Ath Thabrani)


Subhanallah. Betapa indahnya perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebuah perkataan yang seharusnya membuat kita, wanita dunia, menjadi
lebih bersemangat dan bersungguh-sungguh untuk menjadi wanita shalihah.
Berusaha untuk menjadi sebaik-baik perhiasan. Berusaha dengan lebih
keras untuk bisa menjadi wanita penghuni surga..
Read More - Muslimah dan Bidadari Bermata Jeli..

Aku Mencintaimu.. Ya Zaujy..

Rabu, 30 November 2011


Aku mencintaimu sebagaimana kamu mencintaiku ...
Aku mencintaimu bagaimanapun kamu ...
Tak peduli dengan yang sedang atau akan terjadi ...
Kamu tetap dan akan selalu menjadi cintaku ...

Kamu menyemaikan cinta dalam lubuk hatiku, dengan kasih sayang dan budi baik ...
Semua kebahagiaan terasa hampa ketika engkau tidak ada ...
Hidup serasa menggairahkan ketika engkau ada di sana ...
Jiwa kita sudah menyatu sebagaimana halnya bumi dan tetumbuhan ...
Kamu adalah harapanku, ketenanganku, kedamaianku dan pemberi inspirasi dalam hidupku ...

Aku mencintaimu sebagaimana kamu mencintaiku ...
Aku mencintaimu bagaimanapun dirimu ...
Tak peduli dengan yang sedang atau akan terjadi ...
Kamu tetap dan akan selalu menjadi cintaku ...
Read More - Aku Mencintaimu.. Ya Zaujy..

Menikah itu Ibadah...

Kamis, 17 November 2011


Rasulullah SAW bersabda, ''Barang siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, maka Allah tidak akan menambahkan baginya kecuali kehinaan. Barang siapa yang menikahi seorang wanita karena kekayaannya, maka Allah tidak akan menambahkan baginya kecuali kefakiran.''

Beliau melanjutkan, ''Barang siapa yang menikahi seorang wanita karena kemuliaan nasabnya, maka Allah tidak akan menambahkan baginya kecuali kerendahan. Dan, barang siapa yang menikahi seorang wanita dan ia tidak menginginkan kecuali supaya dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluannya atau menyambung tali silaturahim, maka Allah akan memberkahi mereka berdua.'' (HR Thabrani).

Dari hadis di atas, ada dua hal penting yang dapat dijadikan petunjuk bagi umat Islam yang hendak membangun rumah tangga. Pertama, sebuah rumah tangga akan diberkahi Allah atau tidak, salah satunya disebabkan oleh bagaimana niat awal dalam membangun rumah tangga tersebut. Niat yang tidak benar menyebabkan rumah tangga yang dibangun akan jauh dari keberkahan Allah. Dan, bahkan dapat menyebabkan rumah tangga kandas di tengah jalan. Sebaliknya, rumah tangga yang dibangun dengan niat benar, di antaranya untuk lebih menjaga kesucian diri dan menyambung persaudaraan, maka keberkahan Allah akan diraihnya dan kelangsungan rumah tangga dapat terus dijaga.

Kedua, menikah adalah ibadah. Nikah tidak sekadar menyatukan dua insan atau dua keluarga. Pernikahan bukan pula merupakan kontrak sosial. Tetapi, nikah merupakan salah satu ibadah. Dengan nikah, sesuatu yang asalnya haram dilakukan menjadi boleh dilakukan dan dari asalnya dosa menjadi pahala.



Allah menerangkan masalah pernikahan dalam salah satu ayat-Nya dengan diawali kata-kata ''Tanda-tanda kekuasan-Nya'' dan diakhiri dengan perintah kepada manusia untuk berpikir agar menjadi orang yang bertakwa. Allah berfirman, ''Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.'' (QS 30: 21).

Rasulullah pun menjelaskan dalam sabdanya, ''Apabila seorang hamba (manusia) telah menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agama, karena itu hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam separuh yang tersisa.'' Dan, dalam suatu riwayat Thabrani dijelaskan, ''Barang siapa yang nikah, maka sesungguhnya ia telah menyempurnakan separuh iman, karena itu hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam separuh yang tersisa.''

Dalam bahasa Alquran, pernikahan disebut sebagai mitsaqan ghalizha (perjanjian yang kuat dan sangat berat). Karenanya, Allah dan rasul-Nya melarang pernikahan dijadikan sebagai main-main. Rasulullah melarang pernikahan yang bersifat kontrak atau sementara.. Wallahu a'lam
Read More - Menikah itu Ibadah...

Surat dari Yayang..

Kamis, 03 November 2011

Dear Diary..
Yayang sedih banget waktu denger yin setelah nikah nanti ikut ka andre.. Padahal yayang masih kangen sama yin, cuma yin yang bisa ngertiin yayang. Mamah juga cuma sebentar pulang, bentar lagi juga berangkat lagi. Setelah mbah meninggal ngga ada yang sayang ma yayang, padahal yayang butuh kasih sayang, dari mamah, dari papah yang sekarang ngga tau kabarnya, juga dari yin..
Yayang kangen embah, inget dulu waktu mau tidur embah yang ngelonin yayang, ngisik-ngisik yayang sampe tidur, kalo yayang sakit embah yang selalu ngerawat yayang, merhatiin yayang, tapi sekarang embah udah ngga ada.. Udah ngga ada orang yang perhatiin yayang lagi.....................................


Subang, 3 November 2011
Ada bulir-bulir hangat menyentuh pipiku, saat ku tak sengaja membaca catatan adik perempuanku, ada perasaan bersalah yang menyeruak keruang hatiku, Ya Robb... pedih batinku saat mengetahui adikku sangat memnbutuhkan perhatianku, karena selama ini aku ngga bisa selalu temaninya.. Aku selalu meninggalkan mereka, pergi jauh dari rumah tuk bekerja, tapi sesungguhnya yang paling mereka butuhkan adalah kasih sayang.. maafin yin ea adikku saiiank... T_T
Read More - Surat dari Yayang..

Sajak Rindu..

Rabu, 26 Oktober 2011


Ku ingin seperti angin...
Kan ku buat sajak terindah untukmu...
Yang akan membelaimu ketika rindu merengkuh...
Dan sang malam menanggalkan pekatnya...

Dengarlah...
Sajak rindu yang ku teriakkan kepadamu...
Yang tertafsir oleh alam...
Yang tersimpan di kotak hitam...
Meski tangan tergores luka mengukirnya...

Lihatlah senja sore hari...
Rasakan hadirnya...
Ingin ku abadikan karya-Nya...
Sebelum malam menjelang...
Sebelum langit menjadi hitam kelam...
Di senja sore hari ini kan ku tata lisan menjadi tulisan...
Agar engkau disana selalu damai dengan hati yang tenang...

Sebenarnya banyak kata yang ingin ku ucapkan...
Namun mulut ini membisu...
Menjajah lidah dan pita suara...
Lantas tercurah lewat selentik jari...


Untukmu yang selalu merinduku.. ^^
Read More - Sajak Rindu..

Orang yang Mencintaimu..




2. Dia selalu menerima kamu apa adanya, dimatanya kamu selalu yang tercantik/tertampan dan yang terbaik untuknya.



3. Dia selalu ingin tau tentang apa saja yang kamu lalui sepanjang hari ini, ia ingin tau kegiatan kamu.



4. Dia akan mengirimkan sms seperti “selamat pagi”, "selamat hari minggu,“selamat tidur”, walaupun kamu tidak membalas pesannya.



5. Saat kamu berulang tahun, setidaknya ia akan telpon untuk mengucapkan selamat atau mengirim sms.



6. Dia akan selalu mengingat setiap kejadian yang ia lalui bersamamu, bahkan mungkin kejadian yang kamu sendiri sudah lupa setiap detailnya, karena saat itu adalah sesuatu yang berharga untuknya.



7. Dia selalu mengingat setiap kata yang kamu ucapkan bahkan mungkin kata-kata yang kamu sendiri lupa pernah mengatakannya.



8. Dia akan belajar menyukai lagu-lagu kesukaanmu, bahkan mungkin meminjam CD/kaset kamu,karena ia ingin tau kesukaanmu, kesukaanmu kesukaannya juga.



9. Jika kamu sedang sakit, ia akan mengirim sms atau menelponmu dan menanyakan keadaanmu.. karena ia mengkhawatirkanmu.





10. Kalau kamu bilang sedang tidak semangat bekerja / ada masalah dengan pekerjaanmu, ia akan mengirimkan sms atau menelponmu untuk memberikan semangat padamu.



11. Dia akan memberimu suatu barang miliknya yang mungkin buat kamu itu ialah sesuatu yang biasa, tapi itu ialah suatu barang yang istimewa buat dia.



12. Terkadang dia akan terdiam sesaat,saat sedang berbicara ditelpon denganmu, sehingga kamu menjadi bingung. saat itu mungkin saja dia sedang merasa sangat gugup karena kamu telah mengguncang dunianya.



13. Dia selalu ingin berada didekatmu dan ingin menghabiskan hari-harinya denganmu.



14. Jika suatu saat kamu harus pindah ke kota lain untuk waktu yang lain ia akan memberikan nasehat supaya kamu waspada dengan lingkungan yang bisa membawa pengaruh buruk bagimu.



15. Dia bertindak lebih seperti saudara daripada seperti seorang kekasih.



16. Dia mungkin saja akan melakukan hal-hal yang konyol seperti menelponmu 100x dalam sehari, atau membangunkanmu ditengah malam karena ia mengirim sms atau menelponmu. karena saat itu ia sedang memikirkanmu.



17. Jika dia sedang merindukanmu dan melakukan hal-hal yang membuat kamu jengkel atau gila, saat kamu bilang tindakannya membuatmu terganggu ia akan minta maaf dan tak kan melakukannya lagi.



18. Jika kamu memintanya untuk mengajarimu sesuatu maka ia akan mengajarimu dengan senang hati dan sabar.



19. Kalau kamu melihat handphone-nya maka namamu akan menghiasi sebagian besar “INBOX”nya. Yupz ia masih menyimpan pesan dari kamu walaupun pesan itu sudah kamu kirim sejak berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun yang lalu.



20. Dan jika kamu menghindarinya atau memberi reaksi penolakan, ia akan menyadarinya dan menghilang dari kehidupanmu walaupun hal itu membunuh hatinya. Karena yang ia inginkan hanyalah kebahagiaanmu..
^__~
Read More - Orang yang Mencintaimu..

Berdialog dengan Cinta..

Suatu waktu, aku bertemu dengan sesuatu yang sangat indah. Takjub. Begitulah suasana untuk menggambarkan diriku disaat itu.


Akupun bertanya, “Siapa dirimu..?”


“Aku adalah Cinta..”
Jawabnya dengan lembut dan mendayu. Lebih lembut dari melodi musik nan indah..


“Lalu apa yang kamu lakukan disini ?” Selidikku.


“Aku akan menjerat dirimu, dengan perangkapku. Engkau tidak akan bisa melepaskannya walaupun dengan sekuat kemampuan yang engkau punya. Bahkan Semakin engkau mencoba untuk memberontak, akan semakin erat perangkapku menjeratmu”


“Lalu setelah itu, apa yang akan kamu lakukan ?”


“Aku akan mengurungmu dalam penjara kegelisahan. Di dalamnya engkau akan merasa ketakutan. Dan engkaupun tidak akan bisa keluar darinya. Walupun engkau berteriak dengan jeritan menyayat, tidak akan ada orang yang mendengarkanmu. Kalaupun ada, mereka tidak akan peduli padamu”


“Lalu ?”


“Akan ku cambuk tubuhmu dengan cambuk Penderitaan. Sehingga engkau akan merasakan sakit yang membuat tubuhmu tidak nyaman. Pasrah. Engkau hanya akan bisa merintih memelas, memohon belas kasihan. Ketika engkau ingin mengobatinya, maka tidak ada seorang tabibpun yang mampu membuat obat untuk luka-lukamu”


“Setelah itu?”


“Akan kusirami tubuhmu dengan air Kesengsaraan. Sehingga akan membuat perih sekujur tubuhmu, membuat ngilu tulang-tulangmu. Membuat desiran darahmu terasa berhenti. Sangat pedih. Engkau hanya akan bisa pasrah menerima perlakuan semua itu”


“Apa lagi yang akan kamu perbuat setelah itu ?”


“Setelah itu, aku akan menusuk kepalamu dengan jarum Kerinduan. Kemudian, akan ku peras ia dengan kegelisahan. Sehingga membuatnya menjadi tak beraturan. Menghilangkan kesadaranmu. Berfikir tak rasioanal, menghadirkan perasaan yang mengerikan, menjadikanmu tak nyaman disetiap tidurmu.”


“Aku bisa melakukan segalanya terhadapmu. Membutakan mata, menulikan telinga, menjadikanmu lumpuh, bahkan membuatmu tidak bisa bernapas sekalipun. Tapi cukuplah itu sebagai sedikit gambaran tentang apa yang akan aku perbuat terhadapmu”


“Lalu bagaimana caraku untuk menghindar dari ancamanmu itu ? Tidak adakah jalan untuk berdamai ?”



Pembicaraan hening sejenak.


“Ada. Tapi jangan sekali-kali engkau khianati !”


“Benarkah. Apa itu?”


“Taruhlah aku di dalam wadah hatimu..
Kelola aku dengan manajemen kelembutan..
Pelihara aku dengan kesabaran..
Rawat diriku dengan keikhlasan..
Sirami aku dengan air mata ketulusan..
Jaga diriku dengan kesabaran dan ketaatan..
Sehingga Engkau akan merasakan kedamaian. Akupun akan merasa sempurna. Karena pada hakikatnya, kesempurnaanku terletak pada penghambaan diri, kepatuhan, dan ketaatan kepada yang dicintai, yaitu nilai kebenaran.”


“Akan aku lakukan. Tapi siapa sesungguhnya dirimu dan dari mana asalmu ?”


“Sesungguhnya aku ini di ciptakan oleh Sang Pencipta, Allah Ar-Rahman untuk berada dalam diri manusia. Celakalah bagi yang tidak menempatkanku pada rumahku. Dan beruntunglah bagi yang memanfaatkanku dalam jalan kebenaran”


Cinta menutup kata-katanya,


“Ingat, jangan pernah meremehkanku dan memperlakukanku dengan dengan tidak baik. Rawat aku. Dan sekali lagi, jangan mengkhianatiku!”
Read More - Berdialog dengan Cinta..

Sifat Malu Kaum Wanita..



Malu adalah akhlak yang menghiasi perilaku manusia dengan cahaya dan keanggunan yang ada padanya. Inilah akhlak terpuji yang ada pada diri seorang lelaki dan fitrah yang mengkarakter pada diri setiap wanita. Sehingga, sangat tidak masuk akal jika ada wanita yang tidak ada rasa malu sedikitpun dalam dirinya. Rasa manis seorang wanita salah satunya adalah buah dari adanya sifat malu dalam dirinya.


Apa sih sifat malu itu?


Imam Nawani dalam Riyadhush Shalihin menulis bahwa para ulama pernah berkata, “Hakikat dari malu adalah akhlak yang muncul dalam diri untuk meninggalkan keburukan, mencegah diri dari kelalaian dan penyimpangan terhadap hak orang lain.”


Abu Qasim Al-Junaid mendefinisikan dengan kalimat, “Sifat malu adalah melihat nikmat dan karunia sekaligus melihat kekurangan diri, yang akhirnya muncul dari keduanya suasana jiwa yang disebut dengan malu kepada Sang Pemberi Rezeki.”


Ada tiga jenis sifat malu, yaitu:


1. Malu yang bersifat fitrah. Misalnya, malu yang dialami saat melihat gambar seronok, atau wajah yang memerah karena malu mendengar ucapan jorok.


2. Malu yang bersumber dari iman. Misalnya, seorang muslim menghindari berbuat maksiat karena malu atas muraqabatullah (pantauan Allah).


3. Malu yang muncul dari dalam jiwa. Misalnya, perasaan yang menganggap malu seperti telanjang di hadapan orang banyak.


Karena itu, beruntunglah orang yang punya rasa malu. Kata Ali bin Abi Thalib, “Orang yang menjadikan sifat malu sebagai pakaiannya, niscaya orang-orang tidak akan melihat aib dan cela pada dirinya.”


Bahkan, Rasulullah saw. menjadikan sifat malu sebagai bagian dari cabang iman. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Iman memiliki 70 atau 60 cabang. Paling utama adalah ucapan ‘Laa ilaaha illallah’, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan. Dan sifat malu adalah cabang dari keimanan.” (HR. Muslim dalam Kitab Iman, hadits nomor 51)


Karena itu, sifat malu tidak akan mendatangkan kemudharatan. Sifat ini membawa kebaikan bagi pemiliknya. “Al-hayaa-u laa ya’tii illa bi khairin, sifat malu tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan,” begitu kata Rasulullah saw. (HR. Bukhari dalam Kitab Adab, hadits nomor 5652)


Dengan kata lain, seseorang yang kehilangan sifat malunya yang tersisa dalam dirinya hanyalah keburukan. Buruk dalam ucapan, buruk dalam perangai. Tidak bisa kita bayangkan jika dari mulut seorang muslimah meluncur kata-kata kotor lagi kasar. Bertingkah dengan penampilan seronok dan bermuka tebal. Tentu bagi dia surga jauh. Kata Nabi, “Malu adalah bagian dari iman, dan keimanan itu berada di surga. Ucapan jorok berasal dari akhlak yang buruk dan akhlak yang buruk tempatnya di neraka.” (HR. Tirmidzi dalam Ktab Birr wash Shilah, hadits nomor 1932)


Karena itu, menjadi penting bagi kita untuk menghiasi diri dengan sifat malu. Dari mana sebenarnya energi sifat malu bisa kita miliki? Sumber sifat malu adalah dari pengetahuan kita tentang keagungan Allah. Sifat malu akan muncul dalam diri kita jika kita menghayati betul bahwa Allah itu Maha Mengetahui, Allah itu Maha Melihat. Tidak ada yang bisa kita sembunyikan dari Penglihatan Allah. Segala lintasan pikiran, niat yang terbersit dalam hati kita, semua diketahui oleh Allah swt.


Jadi, sumber sifat malu adalah muraqabatullah. Sifat itu hadir setika kita merasa di bawah pantauan Allah swt. Dengan kata lain, ketika kita dalam kondisi ihsan, sifat malu ada dalam diri kita. Apa itu ihsan? “Engkau menyembah Allah seakan melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihatmu,” begitu jawaban Rasulullah saw. atas pertanyaan Jibril tentang ihsan.


Itulah sifat malu yang sesungguhnya. Sebagaimana yang sampai kepada kita melalui Abdullah bin Mas’ud bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Malulah kepada Allah dengan malu yang sebenar-benarnya.” Kami berkata, “Ya Rasulullah, alhamdulillah, kami sesungguhnya malu.” Beliau berkata, “Bukan itu yang aku maksud. Tetapi malu kepada Allah dengan malu yang sesungguhnya; yaitu menjaga kepala dan apa yang dipikirkannya, menjaga perut dari apa yang dikehendakinya. Ingatlah kematian dan ujian, dan barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan alam akhirat, maka ia akan tinggalkan perhiasan dunia. Dan barangsiapa yang melakukan hal itu, maka ia memiliki sifat malu yang sesungguhnya kepada Allah.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Shifatul Qiyamah, hadits nomor 2382)


Ingat! Malu. Bukan pemalu. Pemalu (khajal) adalah penyakit jiwa dan lemah kepribadian akibat rasa malu yang berlebihan. Sebab, sifat malu tidaklah menghalangi seorang muslimah untuk tampil menyuarakan kebenaran. Sifat malu juga tidak menghambat seorang muslimah untuk belajar dan mencari ilmu.


Contohlah Ummu Sulaim Al-Anshariyah.


Dari Zainab binti Abi Salamah, dari Ummu Salamah Ummu Mukminin berkata, “Suatu ketika Ummu Sulaim, istri Abu Thalhah, menemui Rasulullah saw. seraya berkata, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu pada kebenaran. Apakah seorang wanita harus mandi bila bermimpi?’ Rasulullah menjawab, ‘Ya, bila ia melihat air (keluar dari kemaluannya karena mimpi).’” (HR. Bukhari dalam Kitab Ghusl, hadits nomor 273)


Saat ini banyak muslimah yang salah menempatkan rasa malu. Apalagi situasi pergaulan pria-wanita saat ini begitu ikhtilath (campur baur). Ketika ada lelaki yang menyentuh atau mengulurkan tangan mengajak salaman, seorang muslimah dengan ringan menyambutnya. Ketika kita tanya, mereka menjawab, “Saya malu menolaknya.” Bagaimana jika cara bersalamannya dengan bentuk cipika-cipiki (cium pipi kanan cium pipi kiri)? “Ya abis gimana lagi. Ntar dibilang gak gaul. Kan tengsin (malu)!”


Bahkan ketika dilecehkan oleh tangan-tangan jahil di kendaraan umum, tidak sedikit muslimah yang diam tak bersuara. Ketika kita tanya kenapa tidak berteriak atau menghardik lelaki jahil itu, jawabnya, sekali lagi, saya malu.
Jelas itu penempatan rasa malu yang salah.


Tapi, anehnya tidak sedikit muslimah yang lupa akan rasa malu saat mengenakan rok mini. Betul kepala ditutupi oleh jilbab kecil, tapi busana ketat yang diapai menonjolkan lekak-lekut tubuh. Betul mereka berpakaian, tapi hakikatnya telanjang. Jika dulu underwear adalah busana sangat pribadi, kini menjadi bagian gaya yang setiap orang bisa lihat tanpa rona merah di pipi.


Begitulah jika urat malu sudah hilang. “Idza lam tastahyii fashna’ maa syi’ta, bila kamu tidak malu, lakukanlah apa saja yang kamu inginkan,” begitu kata Rasulullah saw. (HR. Bukhari dalam Kitab Ahaditsul Anbiya, hadits nomor 3225).


Ada tiga pemahaman atas sabda Rasulullah itu.


Pertama, berupa ancaman. “Perbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Fushhdilat: 40).


Kedua, perkataan Nabi itu memberitakan tentang kondisi orang yang tidak punya malu. Mereka bisa melakukan apa saja karena tidak punya standar moral. Tidak punya aturan.


Ketiga, hadits ini berisi perintah Rasulullah saw. kepada kita untuk bersikap wara’. Jadi, kita menangkap makna yang tersirat bahwa Rasulullah berkata, apa kamu tidak malu melakukannya? Kalau malu, menghindarlah!


Wanita yang beriman adalah wanita yang memiliki sifat malu. Sifat malu tampak pada cara dia berbusana. Ia menggunakan busana takwa, yaitu busana yang menutupi auratnya. Para ulama sepakat bahwa aurat seorang wanita di hadapan pria adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan.


Ibnu Katsir berkata, “Pada zaman jahiliyah dahulu, sebagian kaum wanitanya berjalan di tengah kaum lelaki dengan belahan dada tanpa penutup. Dan mungkin saja mereka juga memperlihatkan leher, rambut, dan telinga mereka. Maka Allah memerintahkan wanita muslimah agar menutupi bagian-bagian tersebut.”


Menundukkan pandangan juga bagian dari rasa malu. Sebab, mata memiliki sejuta bahasa. Kerlingan, tatapan sendu, dan isyarat lainnya yang membuat berjuta rasa di dada seorang lelaki. Setiap wanita memiliki pandangan mata yang setajam anak panah dan setiap lelaki paham akan pesan yang dimaksud oleh pandangan itu. Karena itu, Allah swt. memerintahahkan kepada lelaki dan wanita untuk menundukkan sebagaian pandangan mereka.


Memang realitas kekinian tidak bisa kita pungkiri. Kaum wanita saat ini beraktivitas di sektor publik, baik sebagai profesional ataupun aktivis sosial-politik. Ada yang dengan alasan untuk melayani kepentingan sesama wanita yang fitri. Ada juga yang karena keterpaksaan. Tidak sedikit wanita harus bekerja karena ia adalah tulang punggung keluarganya. Sehingga, ikhtilath (bercampur baur dengan lelaki) tidak bisa terhindari.


Ada adab yang harus ditegakkan kala terjadi muqabalah antara pria dan wanita.


Adab-adab itu adalah:


** Ada pembatasan tempat pertemuan


** Menjaga pandangan dengan menundukkan sebagian pandangan


** Tidak berjabat tangan dalam situasi apa pun dengan yang bukan mahromnya


** Hindari berdesak-desakan dan lakukan pembedaan tempat bagi lelaki dan wanita


** Tidak berkhalwat (berduaan dengan lawan jenis)


** Hindari tempat-tempat yang meragukan dan bisa menimbulkan fitnah


** Hindari pertemuan yang lama dan sering, sebab bisa melemahkan sifat malu dan menggoyahkan keteguhan jiwa


** Hindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa dan keinginan batin untuk melakukan yang haram, ataupun membayangkannya


** Khusus bagi wanita, pakailah pakaian yang yang sesuai syariat, tidak memakai wewangian, batasi diri dalam berbicara dan menatap, serta jaga kewibawaan dan beraktivitas. Perhatikan gaya bicara. Jangan genit..!


Dengan begitu jelaslah bahwa Islam tidak mengekang wanita. Wanita bisa terlibat dalam kehidupan sosial bermasyarakat, berpolitik, dan berbagai aktivitas lainnya. Islam hanya memberi frame dengan adab dan etika. Sifat malu adalah salah satu frame yang harus dijaga oleh setiap wanita muslimah yang meyakini bahwa Allah swt. melihat setiap polah dan desiran hati yang tersimpan dalam dadanya
Read More - Sifat Malu Kaum Wanita..

Islamic Clock

Demi waktu

My music

SCM Music Player - seamless music for your Website, Wordpress, Tumblr, Blogger.