Pesta Setan..

Senin, 21 Mei 2012



Imam Ghazali mengajak kita untuk mengenali sejumlah keadaan yang membuat setan “berpesta pora”, karena keberhasilannya menggoda manusia.

Pertama, terjadinya perceraian rumah tangga. Iblis sebagai pimpinan para setan selalu memuji semua keberhasilan dan jerih payah anak buahnya, tetapi iblis jauh lebih senang dan berupaya akan membanggakan kelompok setan yang berhasil menceraikan suami istri. (QS al-Baqarah [2]: 102).

Kedua, durhaka kepada orang tua.  Kelompok-kelompok  setan akan selalu berupaya agar manusia tidak hormat kepada orang tuanya, bahkan berharap supaya manusia tidak mau peduli dan tidak mau memperhatikan keadaan kedua orang tuanya. Jika kemudian mendapati manusia benar-benar sudah pada titik menyakiti dan durhaka kepada orang tuanya maka bisa dipastikan setan benar-benar sedang mengibarkan panji kemenangannya. Mereka la’natullah ‘alaihim akan saling mengucap selamat dengan riang.

Ketiga, perkelahian sampai membunuh atau terbunuh. “Pembunuh dan yang dibunuh sama-sama di neraka.” (HR Mutafaq alaihi). Jika seorang hamba yang beriman mudah dan pada akhirnya terjerembab dalam kawah panas api neraka maka saat-saat itu terkirimlah hidangan pesta bagi kelompok setan. Hal yang tentu saja penting buat kita adalah jangan mau kita diajak berkelahi apalagi sampai membunuh.

Keempat, pecandu khamar dan yang sejenis seperti halnya juga narkoba. (QS 5:90). Orang yang banyak mengonsumsi khamar dan narkoba, berarti sedang dalam keadaan superlalai kepada Allah. Dan, tepatlah jika disebut bahwa orang yang mencandu khamar sedang diajak dalam sebuah pesta setan yang langsung diaransemeni iblis.

Kelima, tenggelam dalam dosa zina dan merasa nyaman dengan aktivitas faahisyah ini (QS al-Isra' [17]: 32). Orang yang berzina takluk dengan hawa nafsu. Filter keimanannya jebol dan tidak bisa mengontrol. Karena itulah setan sangat mudah masuk dan berpesta.

Keenam, ketagihan duit haram, seperti menipu, mencuri, merampok, mengorupsi, dan bermain riba. Berikutnya, "Attakabburru bil hasadi wal intiqoomi," angkuh dan sangat sombong bahkan dibarengi dengan sifat dengki, pemarah, dan dendam (QS 31:18). Ilustrasinya sangat jelas karena semua sifat ini adalah yang melekat pada diri setan. Berarti ketika manusia juga mempraktikkan sifat setan ini, mereka bersama sedang berpesta pora.

Ihwal lain pesta setan adalah ketika manusia ada yang ingin menjadi dukun dan mengamini apa yang diucapkan dukun. Diriwayatkan oleh al-Bazzar dari ‘Imron bin Hushoin, “Bukan termasuk golongan kami, siapa saja yang mendatangi tukang ramal atau membenarkan ucapannya, atau siapa saja yang melakukan perbuatan sihir atau membenarkannya.”

Terakhir, puncak kegembiraan setan dengan tingkat pesta yang luar biasa adalah manusia mati dalam keadaan maksiat, bahkan mati dalam kafir. "Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka dilaknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya." (QS [2]:161). "Ya Allah lindungi kami dari nafsu maksiat dan godaan setan yang terkutuk.


Oleh: Ustaz Muhammad Arifin Ilham
Read More - Pesta Setan..

Memupus rasa dendam..



''(Orang-orang bertakwa) yaitu mereka yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan'' (QS Ali Imran [3]: 134).

Dendam adalah buah dari hati yang terluka, hati yang tersakiti, teraniaya, atau karena merasa terambil haknya. Wujud dendam yang paling nyata adalah kemarahan dan kebencian yang membludak. Bila dendam seseorang membara, maka dia akan mencari jalan untuk mencemarkan, mencoreng, atau kalau perlu mencelakakan orang yang didendaminya sampai binasa. Alangkah sengsaranya orang yang hatinya penuh dendam!

Sudah menjadi tabiat manusia, tatkala hatinya disakiti, dia akan merasa sakit hati dan boleh jadi berujung dengan kedendaman. Walaupun demikian, bukan berarti kita harus dendam setiap kali ada yang menyakiti. Malah sebaliknya, jika kita dizalimi, maka doakanlah orang-orang yang menzalimi itu agar bertaubat dan menjadi orang saleh. Mampukah kita melakukannya?

Doa orang yang dizalimi itu benar-benar mustajab. Sehingga ketika dizalimi, saat itu pula terbuka peluang doa kita terijabah. Sulit memang, tapi itulah penentu kemuliaan diri. Rasulullah SAW bersabda, "Seutama-utamanya akhlak dunia dan akhirat adalah agar engkau menghubungkan tali silaturahmi dengan orang yang memutuskan silaturahmi denganmu, memberi sesuatu kepada orang yang menghalang-halangi pemberian padamu, serta memberi maaf kepada orang yang menganiaya dirimu".

Rasulullah SAW adalah sosok yang hatinya bersih dari sifat dendam. Walau ia dihina, dicacimaki, difitnah, bahkan hendak dibunuh, tak sedikit pun ia mendendam. Bahkan, ia mati-matian berbuat baik kepada orang-orang tersebut dan begitu ringannya ia memaafkan.

Karena itu, siapa saja di antara kita yang hatinya terbelit kedendaman, ingatlah! Dendam hanya akan membawa kesengsaraan, menghancurkan kebahagiaan, merusak pikiran, dan harga diri kita. Yang paling mengerikan, dendam bisa menyeret kita pada panasnya api neraka. Na'udzubillah.

Bagaimana caranya agar kita tidak menjadi seorang pendendam, bahkan berubah menjadi seorang pemaaf seperti dicontohkan Rasulullah SAW? Ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama, kita harus menyadari bahwa semua orang beriman itu bersaudara. Allah SWT berfirman dalam QS Al-Hujuraat [49]: 10, "Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat (Allah)".

Pemahaman bahwa setiap orang bersaudara, sedikit banyak, akan membawa tambahan energi bagi kita dalam mengendalikan kemarahan dan rasa sakit hati. Bila konsep ini tertanam kokoh di hati, maka kita akan berusaha sekuat mungkin untuk tidak mencelakakan saudara kita.

Kedua, kita terus berlatih untuk mengikis sifat dendam tersebut. Sebagai ilustrasi, kita bisa belajar dari para karateka yang berhasil menghancurkan batubata dengan tangannya. Pertama kali memukulnya, bata tersebut tidak langsung hancur. Tapi, dia tak patah semangat. Diulanginya terus usaha untuk menghancurkan bata tersebut. Akhirnya, pada pukulan kesekian, pada hari kesekian, bata tersebut berhasil dihancurkan. Memang, tangannya bengkak-bengkak, tetapi dia mendapatkan hasil yang diinginkan.

Begitu pula dengan hati. Jika hati dibiarkan sensitif, maka hati ini akan mudah sekali terluka. Akan tetapi, jika hati sering dilatih, maka hati kita akan semakin siap menghadapi pukulan dari berbagai arah. Jika kita telah disakiti seseorang, kita jangan melihat orang tersebut, tetapi lihatlah dia sebagai sarana ujian dan ladang amal kita terhadap Allah. Kita akan semakin sakit, tatkala melihat dan mengingat orangnya.

Bagaimana seandainya kita dicaci, dikritik, atau diserang orang dengan kata-kata yang tidak mengenakkan? Kuncinya evaluasi diri. Kita tidak akan pernah rugi diperlakukan apa pun oleh orang lain, jika kita menyikapinya dengan cara yang benar. Setelah mengevaluasi diri, kita perlu memperbaikinya. Balasan dan jawaban yang efektif adalah dengan akhlak yang baik. Kita dicemooh, dihina, dan diolok-olok orang lain, maka biarkan saja. Pada akhirnya, orang akan melihat siapa yang difitnah dan siapa yang memfitnah.

Jika kita menjadi lebih baik, Allah akan memuliakan kita. Jika Allah sudah memuliakan, maka kita tidak akan menjadi hina karena hinaan orang lain. Balaslah keburukan orang lain dengan cara terbaik; Ifda' billati hiya ahsan. Itulah kunci kemuliaan diri. Wallahu a'lam bish-shawab


Oleh : KH Abdullah Gymnastiar
Read More - Memupus rasa dendam..

Islamic Clock

Demi waktu

My music

SCM Music Player - seamless music for your Website, Wordpress, Tumblr, Blogger.